Friday, September 30, 2011

Ketika priaku beranjak dewasa.

"Rindu, rindu, rindu!!" kataku pada bulan. Lalu aku berbisik padanya, " kasih tau dirinya ya, aku titipkan seuntai doa dan seulas senyum."

Buat apa?

Agar ia ingat, di setiap langkahnya ada doaku.

Senyumku menanti kepulangannya.

Ketika ia melangkahkan kakinya pertama,

Disana masa depannya berpijak.




Jadilah kamu priaku,
Walau dengan atau tanpaku.
Disana selalu ada senyumku,
Melihatmu yang terbaik.





D, 0110.

Wednesday, September 28, 2011

swim ~ ~ ~

"Just keep swimming. Just keep swimming. Just keep swimming, swimming, swimming. What do we do? We swim, swim, swim."
Finding Nemo




Teach me how to swim swim and swim. Dive deep deep and deeper.
Into this something uncertainty.


Into this reality.
29.09.11

Wednesday, September 21, 2011

star(t)

Suara itu mengalir merdu, terdengar seperti senandung semesta.
Menyanyikan simfoni merdu pada bintangku.
Engkau, yang berpijar disana.
Bersinarlah dengan kemilaumu.
Jadilah pemimpin pada rasi-mu.

Bintangku, terangilah jalanku.
Dampingi aku dengan hangatmu.


Dari Aku,
Kutub Selatanmu.

Saturday, September 17, 2011

Catatan kopi dan quiche (part.2)

Cont...

This is the year, untuk aku "seharusnya" merealisasikan omonganku terhadap temanku tersebut. Tapi, semakin berjalannya waktu, aku semakin menemukan tanda-tanda kehidupan kita yang baru. Ini membawa kita ke arah hubungan yang lebih serius. Aku tidak pernah tau apakah ia jodohku atau bukan. Tapi, semakin aku belajar untuk menerima dia apa adanya dan mengurangi complain-complain dariku, semakin pula aku menemukan pelangi baru.

"mintalah, maka kamu akan Ku beri". Itu adalah salah satu ayat dalam ajaran agama yang kupercaya. Aku meminta, aku memohon. Aku meminta Ia percayakan dia untuku. Dan Ia berbisik, semua kembali padaku. Dan, akupun belajar lagi. Untuk menyayangi lebih tulus dan menerima segala macam kondisi. Aku masih menunggu, Ia merealisasikan janjiNya padaku. Alam semesta bersatu padu, mengiringi doa dan berkatnya untuk kami.

Seruputan kopi dan gigitan quiche terakhir, berisikan syukur. Semua berpendar dalam setiap inchi sel hidupku, berkelip membawaku untuk terus mewarnainya. Ucapan syukurku pagi ini, terima kasih Sang Hyang Widi Wasa, karena telah menghadirkan ia dalam hidupku. Naungi kami dengan berkat, restu, dan doamu. Terima kasih, karena ia ada di dalam hidupku, biarlah kita yang kami bina merupakan berkat terindahmu.

Cinta dan doaku, selalu bersamamu. Dimanapun kamu berada.



Love,
C.A.W

Catatan kopi dan quiche (part.1)

Minggu, 18 September 2011.

Teruntuk, dirimu di awan.

Pagi ini, aku duduk termenung sendirian di sebuah kedai kopi. Rasanya sepi, hanya aku sendiri dan dua orang pesepeda mengisi kedai ini. Aku sengaja memilih kursi di luar. Menghadap ke jalanan. Banyak orang lalu lalang, bersepeda, berjalan, tertawa bersama teman-teman mereka. Kulihat diriku. Sendiri, hanya ditemani ipad, blackberry, sebuah quiche, dan secangkir kopi.

Ada kalanya, aku sangat menikmati kesendirian ini. Dalam sepi, aku melihat banyak hal. Aku merenung, akan hal yang telah kulalui atau akan kulewati nanti. Seruputan kopi hazelnut mocca hangat yang pertama, mengingatkanku akan sebuah kehangatan. Rasanya setiap alirannya, mengisi rongga darah ini akan kehangatan yang kuterima. Aku teringat akan diriku, beberapa tahun yang lalu. Dimana aku hanya tau, gue dan elo. Bukan kita.

Siapa yang tidak pernah mengalami apa yang aku rasakan. Dimana setiap hal yang dilewati hanya lo-lo, dan gue-gue. Seseorang mengajarkan padaku, bagaimana "kita" yang sesungguhnya. Apa yang aku lakukan, bukan hanya untuk lo dan gue. Tapi untuk "kita".

Banyak pria silih berganti dalam hidupku. Sampai pada enam tahun lalu, aku terikat dengan seorang pria. Pada awalnya, aku hanya tau percintaan yang fun and easy going. Apa itu serius dan komitmen hanya hiasan kata dalam hati. Satu, dua, dan tiga tahun berjalan.. Penuh main-main, canda, pokoknya yang penting lo seneng dan gw seneng. Sampai pada tiga tahun terakhir, dia memutuskan untuk berpisah. Alasan klise, tidak cocok. Dua bulan mengalami masa termewek-mewek. Bukan sekedar sedih karena berpisah, tapi saat berpisah itu aku semakin menyadari " oh my gosh, i want him as my life partner".

Dua bulan dalam kesendirian itu mengajarkan aku banyak hal. Dimana, aku tidak lagi bisa memikirkan lo dan gue, melainkan kita. I have tried so hard to change my life a lot. Dan ketika, ia meminta diriku untuk membina sebuah "kita" lagi, aku sangat bersyukur. Aku memutuskan untuk membina kita yang lebih serius dan lebih baik lagi.

Catatan ini akan menjadi panjang apabila kuuraikan semua. Lagi, seruputan kopi dan gigitan quiche membawaku untuk berpikir ke mundur sejenak. Siapa yang tidak ingin tahu masa depan mereka? Dengan lugu, aku iseng bertanya pada seseorang tentang aku dan dia. Aku menceritakan kekuatiran terbesarku. Yang kudapatkam, "lo dan dia ga jodoh" tapi jalanin aja, biarkan mengalir seperti air.

Aku bukan seseorang yang religius. I do belive in God. Tapi bukan berarti aku harus berserah pada takdir. Aku berusaha mengubah jalanku, mengubah takdirku. Manusia menciptakan takdirnya sendiri, God is only create the way for us to walk through.

Pernah kukatakan pada seorang teman, "tunggu sampai taun depan, kalo masih ga ada kejelasan. Bakal gw cut." But, time has its way to change my mind.